Foto: Gonsa Thundang |
Lokasi: Kampus UNIKA St. Paulus Ruteng
Pada bait doa-doa puisi yang tenang, kau datang berteduh dari derasnya angin perjalan hidup yang berhembus dan pekatnya ketakutan malam yang amat sangat. Kau ada persis di sebelah doa yang Bapa ajarkan kepada kami.
Dalam tutur tulisanmu yang diam kau berdoa, agar temu tak sekedar berjumpa, baik haruslah membaik, buruk janganlah terkutuk, ceria haruslah berakhir bahagia, dan pengalaman akan menjadi guru yang bijak dalam proses amat mencekik.
Layaknya sepenggal lirik dalam doa-doa kita, "seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami (saya)" itu adalah mantra terampuh yang pernah dilafalkan Bapa kepada kami (saya), agar kami tidak masuk dalam pencobaan namun membebaskan kami (saya) dari yang ditakuti baik.
Lalu di ujung ujud-ujud nyanyianmu yang bisu, Bapa berpesan, agar Jadilah nama atas semua doa-doa baik yang kau lantunkan dalam nyanyian yang amat bisu itu, dan tuturlah itu dalam amin yang sangat diam.
aku terdiam dari balik bilik doa yang tingginya sampai ke tepi doa-doa yang hendak diterbangkan ke ambang cakrawala yang memerah kelam.