Festival Golo Curu 2024: Perayaan Iman, Budaya, dan Ekonomi Kreatif di Keuskupan Ruteng

Festival Golo Curu 2024: Perayaan Iman, Budaya, dan Ekonomi Kreatif di Keuskupan Ruteng

Keuskupan Ruteng kembali menyelenggarakan Festival Golo Curu yang berlangsung dari 3 hingga 7 Oktober 2024, menyatukan umat dalam perayaan iman yang holistik dan melibatkan berbagai elemen budaya serta ekonomi.

Sebagai fotografer yang menyaksikan langsung, saya merasa terpesona oleh atmosfer yang menghidupkan keanekaragaman budaya, serta semangat kebersamaan antara umat dan masyarakat. Di area festival, lebih dari 117 UMKM lokal memamerkan produk-produk unggulan mereka, memberi warna baru pada ekonomi kreatif daerah. Setiap sudut menjadi ajang interaksi, tak hanya sekadar transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai ruang berbagi cerita, gagasan, dan semangat untuk bersama-sama membangun kesejahteraan.

Galeri foto saya juga menangkap beragam momen dari pentas seni yang berlangsung setiap malam. Dari tarian tradisional hingga pertunjukan musik kontemporer, setiap panggung menyuguhkan keindahan yang memikat mata, memberikan pengalaman visual yang mengesankan bagi setiap pengunjung. Konser pembuka oleh grup Silet Open Up dan konser penutup oleh Justin Aldryn pada malam terakhir menambah kemeriahan festival ini.

Puncak perayaan festival ini tentu saja adalah prosesi Patung Maria Ratu Rosario, yang dimulai dari situs rohani Jengkalang-Reo dan akan berakhir di bukit Golo Curu pada 7 Oktober 2024. Sebagai fotografer, saya melihat prosesi ini sebagai momen penuh makna, di mana iman umat terungkap dalam setiap langkah yang penuh khidmat.

Selain itu, festival ini juga memfasilitasi kegiatan sosial-karitatif, yang menggambarkan manifestasi solidaritas sebagai bagian dari ungkapan iman. Dari sisi ekologis, kegiatan seperti kebersihan lingkungan memperlihatkan perhatian terhadap kelestarian alam, sebuah prinsip yang menjadi bagian tak terpisahkan dari nilai-nilai iman yang diajarkan dalam festival ini.

Melalui rangkaian kegiatan ini, Festival Golo Curu mengajak setiap individu untuk merenungkan kembali makna hidup dalam keterhubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta. Festival ini, yang diselenggarakan dengan kerja sama erat antara Gereja, Pemda Kabupaten Manggarai, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, menjadi contoh model kebersamaan yang luar biasa dalam mewujudkan tanah Nuca Lale yang sejahtera.

Di balik lensa kamera, saya merasakan bahwa setiap momen yang diabadikan adalah sebuah potret kebersamaan yang melibatkan berbagai elemen dalam merayakan hidup, keimanan, dan masa depan yang lebih baik. Dengan harapan bahwa kegiatan ini akan terus menggerakkan partisipasi masyarakat dalam menciptakan perubahan yang positif, baik di tingkat sosial maupun ekonomi.