Aku mengatup tanganku dan berdoa,
kepada-Nya yang di tempat tersembunyi.
Bapa, kepalaku sangat sakit.
Dalam rongganya, terselip ingatan membiru rindu,
bahkan setiap saat rindu itu kian berdenyut,
di sebelah kiri dan kanan kepalaku
itu membuatku kian tersiksa.
Bapa, hampir di setiap malamnya,
rasa itu kembali muncul dalam kepalaku yang kecil ini,
rasa, gambar bahkan situasi yang muncul
begitu nyata dalam setiap denyutnya.
Bapa, haruskah aku meminum obat penghilang nyeri
atau aku biarkan rasa ini kian mengerogoti
isi kepala dan jam tidurku yang menjadi payah.
aku tetap mengatup tanganku, Bapa
sebab doa adalah obat yang paling awal kutemui.
aku ingin rasa ini pergi, meski tanpa tahu caranya.
haruskah kupasrahkan semuanya pada waktu,
atau Kau hadirkan jawab dalam bentuk lain?
Bapa, jika rasa ini adalah pengingat,
akan janji atau rindu yang belum kutuntaskan,
berilah aku kekuatan,
agar tak sekadar menahan,
tapi juga memahami maknanya
di balik setiap denyutnya.
![]() |
Foto: Gonsa Thundang |