![]() |
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi |
Desember hampir penuh, dan telah melewati tengah bulan menuju akhir tahun yang hampir utuh, persis di angka 365. Masih menjelang hari-hari yang kian berkurang dan menipis di akhir tahun.
Seperti sedang mengantuk, memejamkan mata sebentar, lalu tiba-tiba tersadar sudah sampai di penghujung tahun. Sama seperti saya, salah satu orang yang senang bepergian jauh dan sangat menikmati perjalanan. Namun apa daya, kantuk yang tak terpotong karena begadang, ditambah bangun dini hari untuk melakukan perjalanan yang jauh, malah tertidur sepanjang perjalanan dan tiba-tiba dibangunkan karena telah tiba di tujuan.
Kadang, kita melewati banyak hal yang sebenarnya sangat menarik untuk dinikmati, baik sendiri maupun bersama beberapa orang. Entah apa? Tidur mungkin lebih menyukai saya untuk merasa lebih lelah, dan kami menghabiskan waktu bersama. Saya ingat salah satu kutipan dari penulis senior Indonesia, Goenawan Mohamad: “Tidur adalah mencintai hari libur dengan sederhana.” Mungkin tidak sesederhana itu saya mencintai rasa tidur.
Saya jadi membayangkan, jika saya menghabiskan perjalanan jauh saya untuk tidur dan melewatkan keindahan pemandangan atau obrolan yang mungkin menarik untuk dibagikan bersama mitra tutur. Saya sering melewatkan hal itu, dan mungkin bukan hanya saya saja. Mungkin kamu yang sedang mengalir bersama saya dalam tulisan ini, juga merasa demikian.
Pulang
Kata pulang kerap kali diartikan sebagai gambaran aktivitas bergerak kembali dari tempat lain menuju kediaman atau rumah bagi seseorang yang akrab dengan tempat itu. Namun, terkadang beberapa orang hanya menyampaikan kata pulang, tetapi raganya masih di tempat lain. Entah ingin pulang, tersesat, atau telah sampai tetapi masih jauh dari kata rumah.
Kerap kali, perjalanan pulang menjadi perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan bagi sebagian orang yang masih bimbang. Namun, bagi mereka yang telah seimbang dengan perasaan mereka untuk pulang, perjalanan itu menjadi lebih ringan. Di lain kesempatan, bagi mereka yang sedang mengusahakan pulang, kadang kala perjalanan terhalang oleh jalan, malang, dan pantang yang belum selesai diatasi. Sedangkan mereka yang telah menang dalam persiapan, akan segera berangkat menuju rumah itu.
Toh, semua orang berharap akhir dari kata pulang akan berujung pada kedatangan yang menuntaskan rindu yang menumpuk di beranda ingatan. Oleh-oleh pun ikut serta pulang, dalam berbagai wujudnya. Ada yang berupa barang kesukaan orang rumah, ucapan salam dari yang tak sempat pulang, hingga pelukan yang telah lama dirindukan untuk momen pertemuan, yang entah berapa lama dinantikan.
Pulang harus tuntas dan sampai pada tempat yang seharusnya, bukan hanya sekadar rencana dalam angan. Yang pasti, pulang adalah perjalanan yang melelahkan dengan berbagai persiapan yang mungkin tidak cukup dihitung dengan rupiah, tetapi akan cukup dibayar dengan kebahagiaan.
Rumah
Dalam berbagai rencana perjalanan, pulang selalu menjadi destinasi favorit semua orang, kecuali mereka yang lupa memasukkan pulang dalam daftar perjalanan favoritnya.
Akhirnya, definisi rumah menjadi lebih kompleks dalam bahasa Indonesia tercinta ini. Ada banyak makna yang didefinisikan oleh berbagai orang untuk kata yang satu ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah berarti: Bangunan untuk tempat tinggal; Bangunan pada umumnya (seperti gedung). Namun, dalam arti yang lebih mendalam, rumah menjadi sesuatu yang sentimental bagi mereka yang sedang merindukannya.
Secara retorika, rumah memiliki terjemahan yang berbeda, bahkan lebih mendalam dari sekadar bangunan fisik berbentuk persegi panjang. Rumah bisa berarti seseorang, atau sekumpulan orang. Mungkin orang tua, keluarga, istri, suami, anak, atau bahkan diri sendiri.
Kadang seseorang lupa menjadi rumah bagi dirinya sendiri. Jika untuk dirinya saja sudah gagal, apalagi menjadi rumah bagi keluarga atau orang lain. Berbeda dengan kata lainnya, bentuk fisik tidak menjamin bahwa rumah layak dihuni dan disebut nyaman.
![]() |
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi |