![]() |
Foto: Gonsa Thundang |
Di tengah hamparan hijau pegunungan Flores yang tandus, terletak sebuah kota kecil yang memikat, yaitu Ruteng. Kota ini adalah ibukota Kabupaten Manggarai, yang menawarkan pesona alam dan budaya yang kaya, serta berbagai perkara dan prahara yang kian tumbuh, terendapkan di gelas kopi. Ruteng berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dan udara sejuk yang menyegarkan.
Ruteng bukan hanya dikenal karena keindahannya, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Di tengah kota, terdapat beberapa sekolah dan lembaga pendidikan yang menarik perhatian. Namun, berbanding terbalik dengan kemegahan dan nama yang termasyhur, lembaga-lembaga itu masih menyimpan banyak kesenjangan. Hal tersebut hanya terselesaikan di sela-sela obrolan orang kota di atas meja saat makan atau saat minum kopi. Di sisi lain, kita bisa merasakan semangat belajar anak-anak yang berlarian dengan senyum ceria, menunjukkan tekad untuk terus belajar. Mereka adalah harapan masa depan Manggarai, dan aku merasa terinspirasi oleh semangat mereka untuk bisa mengubah hal-hal yang mulai rusak.
Namun, Ruteng juga memiliki daya tarik wisata alam dan wisata rohani yang tiada tara. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah Gua Maria Golo Curu, yang terletak tidak jauh dari kota. Gua ini berdiri megah di puncak bukit di utara kota. Tempat ini menjadi tujuan wisata rohani bagi umat Katolik yang menjadi mayoritas di Manggarai, menciptakan suasana damai.
Perjalanan di Ruteng tak lengkap tanpa mencicipi kuliner lokal. Dari jagung bakar yang harum hingga ikan bakar yang segar, setiap suapan menggugah selera. Tak lupa, aku mencoba kompiang, oleh-oleh khas orang Ruteng, yang menjadi simbol asimilasi dua kebudayaan yang muncul di kota ini: budaya Tionghoa dan budaya lokal Manggarai.
Di Ruteng, waktu seakan berhenti. Setiap langkah yang kuambil terasa berarti, dan setiap momen berharga. Kota ini adalah tempat di mana tradisi bertemu modernitas, di mana alam dan budaya berpadu harmonis. Ruteng bukan sekadar destinasi, tetapi sebuah pengalaman, sebuah cerita yang terus berlanjut.